Saya tertarik sekali dengan artikel/berita tentang e-Health yang ada di Kompas. Ketertarikan tersebut membuat saya untuk membuat ulang artikel/berita tentang e-Health di blog Jalannyauzanks dan menjadi satu.
Layanan "e-Health" Akan Diterapkan di Indonesia
Organisasi e-Indonesia Initiatives Forum (eII Forum) akan mengembangkan "e-Health", sebuah sistem yang mengintegrasikan database kesehatan seseorang dalam sebuah kartu.
Dengan kartu ini diharapkan pasien akan semakin mudah dan cepat dalam mendapatkan akses layanan kesehatan. Rencananya sistem layanan e-Health tersebut akan dimulai tahun 2016, pada saat sistem e-KTP generasi pertama selesai.
Ketua eII Forum, Suhono Harso Supangkat, menjelaskan, layanan e-Health tersebut akan membuat pihak rumah sakit, puskesmas, klinik, dan lembaga kesehatan mau memanfaatkan teknologi dan informasi dalam menunjang layanannya.
"Layanan e-Health tersebut berisi data riwayat kesehatan pasien sejak dulu sehingga lembaga kesehatan maupun dokter bisa menangani penyakitnya secara lebih cepat," kata Suhono dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Dengan e-Health tersebut, eII ingin agar Indonesia memiliki data riwayat kesehatan masing-masing penduduknya. Dengan adanya sistem layanan kesehatan yang bagus, termasuk data riwayat penyakit, akses layanan kesehatan yang mudah dan murah, maka masyarakat juga tidak perlu ke luar daerah atau ke luar negeri untuk berobat.
Layanan e-Health ini akan berbentuk database riwayat penyakit pasien sejak awal. Penerapannya, database tersebut dimungkinkan akan disatukan dengan data e-KTP yang selama ini sudah dijalankan oleh pemerintah kota (pemkot) atau pemerintah daerah (pemda) di beberapa wilayah.
Kendati demikian, layanan e-Health tersebut belum bisa diterapkan sekarang. Hal itu disebabkan sistem e-KTP saat ini hanya berisi data biometrik penduduk dan tidak bisa diisi dengan data yang lain.
"Rencananya sistem layanan e-Health tersebut akan dimulai tahun 2016, pada saat sistem e-KTP generasi pertama selesai," katanya.
Untuk tahap awal, eII akan mengumpulkan database rumah sakit, dokter, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan layanan kesehatan. Karena database yang digunakan cukup besar, pihak eII memungkinkan bisa menyewa di server cloud untuk meletakkan database tersebut.
Saat ini, eII akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, BPPT, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), perguruan tinggi, Ikatan Dokter Indonesia, dan semua pihak yang berkaitan dengan layanan kesehatan.
e-Health Siap Diuji Coba di Jembrana
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien e-Health siap diuji coba di beberapa daerah, sebelum diterapkan pada 2016. Syarat utama penerapan e-Health ini, daerah tersebut sudah menerapkan sistem e-KTP.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan A Iskandar menjelaskan penerapan e-Health tersebut memang tidak bisa serentak karena sistem layanan ini masih dalam tahap uji coba dan pengumpulan data.
"Sebenarnya daerah Jembrana, Bali sudah menerapkan e-Health tersebut, tapi bukan dalam bentuk chip, hanya kartu biasa," kata Marzan dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Pemerintah kabupaten Jembrana, Bali ini memiliki sistem pelayanan akses kesehatan yang lebih baik dibandingkan pemerintah kabupaten lainnya di Indonesia.
Di sana, akses layanan kesehatan bisa ditangani secara cepat dan mudah berkat kartu layanan kesehatan yang diterbitkan pemerintah setempat.
Tidak hanya melayani akses kesehatan secara elektronik, Pemerintah Kabupaten Jembrana juga sudah menerapkan layanan elektronik untuk pengurusan dokumen baik KTP, pajak, dan yang berkaitan dengan urusan kependudukan dan sosial.
"Kami akan melihat daerah mana yang lebih siap terlebih dahulu, baik dari sisi teknologi, sumber daya manusia (SDM), perangkat hingga dana," tambahnya.
Khusus dana, sistem layanan e-Health tersebut akan memakai gabungan dana dari alokasi di masing-masing kementerian, baik Departemen Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), BPPT, Kementerian Dalam Negeri, masing-masing rumah sakit dan lembaga kesehatan terkait.
"Masyarakat tidak akan dikenakan biaya apapun alias gratis, mereka hanya menggunakannya saja karena nanti akan terintegrasi dengan e-KTP," jelasnya.
Tapi, dari sisi kesiapan segalanya, Pemerintah Kabupaten Jembrana ini dinilai memiliki potensi untuk diuji coba dalam layanan e-Health tersebut.
Selain Jembrana, Pemerintah Kota Pekalongan juga mengaku siap menerapkan e-Health tersebut. Bahkan hampir keseluruhan rumah sakit, sekolah, kantor walikota hingga Rukun Tetangga (RT) sudah terkoneksi dengan jaringan internet.
"Kami sudah mengoneksikan jaringan seluruh rumah sakit yang ada di Pekalongan melalui teknologi open source. Harapannya, kami segera menerapkan e-Health tersebut agar layanan kesehatan masyarakat bisa terlayani secara mudah dan cepat," tambah Walikota Pekalongan Basyir Ahmad.
Masalah SDM Hambat Penerapan e-Health di Indonesia
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien, e-Health memang belum bisa diterapkan dalam waktu dekat.
Hal itu disebabkan sumber daya manusia (SDM) industri kesehatan yang ada belum menguasai teknologi secara keseluruhan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prijo Sidipratomo menjelaskan sistem e-Health tersebut akan merombak sistem layanan yang ada di rumah sakit selama ini. Apalagi rumah sakit tersebut belum menerapkan teknologi untuk menunjang operasionalnya.
"Untuk bisa menerapkan e-Health, masih banyak adjustment yang perlu diterapkan," kata Prijo dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Beberapa yang harus dikuasai sebelum e-Health ini diterapkan adalah masalah informasi dan teknologi (IT). Hingga saat ini tidak semua rumah sakit hingga puskesmas memiliki infrastruktur IT memadai.
Padahal, untuk bisa menerapkan sistem layanan e-Health tersebut dibutuhkan infrastruktur IT yang cukup, koneksi dan integrasi antara pihak rumah sakit hingga masalah kecepatan akses bandwidth internet.
"Sebenarnya teknologi dan informasi bisa dipelajari, masalahnya budaya kita belum terbiasa dengan IT tersebut. Ini yang harus dirombak sejak awal," jelasnya.
Sebenarnya buta IT ini juga tidak dialami oleh pihak rumah sakit saja. Para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut juga harus menguasai IT.
Contohnya saja, dokter sampai saat ini masih menulis resep dengan tulisan tangan. Padahal apoteker bisa salah persepsi dalam membaca tulisan tangan dokter.
"Padahal dengan sistem e-Health tersebut semua akan digital, menulis resep juga digital. Tentunya akan memudahkan apoteker dalam membaca," katanya.
Dengan e-Health, Antrean di Rumah Sakit Bisa Dipangkas
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien e-Health nantinya diharapkan bisa untuk melakukan reservasi masuk rumah sakit. Sehingga pasien tidak akan antre berobat.
Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Sutoto, menjelaskan sistem tersebut sudah diterapkan di negara maju, meski belum optimal dimanfaatkan oleh seluruh rumah sakit yang ada.
"Tapi setidaknya layanan berobat masyarakat bisa lebih cepat. Bukan seperti saat ini, kalau ada antrean banyak di rumah sakit atau puskesmas, itu bukan berarti rumah sakitnya bagus," kata Sutoto dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Seharusnya, rumah sakit yang bagus bisa memberikan pasiennya kenyamanan dalam berobat. Contohnya rumah sakit setempat memberikan layanan call center untuk konsultasi, hingga reservasi berobat atau bertemu dengan dokter.
Sistem layanan tersebut memang akan membutuhkan dana yang cukup besar, khususnya bagi pemilik rumah sakit. Tapi, pasien akan memperoleh kepuasan dalam layanan kesehatannya.
"Kalau puas, maka pasien akan datang kembali ke rumah sakit atau lembaga kesehatan tersebut," jelasnya.
Selain bisa meningkatkan kualitas layanan rumah sakit, manfaat e-Health lainnya termasuk digitalisasi resep dokter, telemedicine, teleconsulting hingga home care monitoring.
sumber: Kompas Tekno
Semoga, gabungan tulisan ini, bisa menjadi referensi bagi teman-teman untuk mengembangkan dan menjadi karya untuk negeri ini.
Ilustrasi e-Health (sumber: Google Images) |
Layanan "e-Health" Akan Diterapkan di Indonesia
Organisasi e-Indonesia Initiatives Forum (eII Forum) akan mengembangkan "e-Health", sebuah sistem yang mengintegrasikan database kesehatan seseorang dalam sebuah kartu.
Dengan kartu ini diharapkan pasien akan semakin mudah dan cepat dalam mendapatkan akses layanan kesehatan. Rencananya sistem layanan e-Health tersebut akan dimulai tahun 2016, pada saat sistem e-KTP generasi pertama selesai.
Ketua eII Forum, Suhono Harso Supangkat, menjelaskan, layanan e-Health tersebut akan membuat pihak rumah sakit, puskesmas, klinik, dan lembaga kesehatan mau memanfaatkan teknologi dan informasi dalam menunjang layanannya.
"Layanan e-Health tersebut berisi data riwayat kesehatan pasien sejak dulu sehingga lembaga kesehatan maupun dokter bisa menangani penyakitnya secara lebih cepat," kata Suhono dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Dengan e-Health tersebut, eII ingin agar Indonesia memiliki data riwayat kesehatan masing-masing penduduknya. Dengan adanya sistem layanan kesehatan yang bagus, termasuk data riwayat penyakit, akses layanan kesehatan yang mudah dan murah, maka masyarakat juga tidak perlu ke luar daerah atau ke luar negeri untuk berobat.
Layanan e-Health ini akan berbentuk database riwayat penyakit pasien sejak awal. Penerapannya, database tersebut dimungkinkan akan disatukan dengan data e-KTP yang selama ini sudah dijalankan oleh pemerintah kota (pemkot) atau pemerintah daerah (pemda) di beberapa wilayah.
Kendati demikian, layanan e-Health tersebut belum bisa diterapkan sekarang. Hal itu disebabkan sistem e-KTP saat ini hanya berisi data biometrik penduduk dan tidak bisa diisi dengan data yang lain.
"Rencananya sistem layanan e-Health tersebut akan dimulai tahun 2016, pada saat sistem e-KTP generasi pertama selesai," katanya.
Untuk tahap awal, eII akan mengumpulkan database rumah sakit, dokter, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan layanan kesehatan. Karena database yang digunakan cukup besar, pihak eII memungkinkan bisa menyewa di server cloud untuk meletakkan database tersebut.
Saat ini, eII akan bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, BPPT, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), perguruan tinggi, Ikatan Dokter Indonesia, dan semua pihak yang berkaitan dengan layanan kesehatan.
e-Health Siap Diuji Coba di Jembrana
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien e-Health siap diuji coba di beberapa daerah, sebelum diterapkan pada 2016. Syarat utama penerapan e-Health ini, daerah tersebut sudah menerapkan sistem e-KTP.
Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan A Iskandar menjelaskan penerapan e-Health tersebut memang tidak bisa serentak karena sistem layanan ini masih dalam tahap uji coba dan pengumpulan data.
"Sebenarnya daerah Jembrana, Bali sudah menerapkan e-Health tersebut, tapi bukan dalam bentuk chip, hanya kartu biasa," kata Marzan dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Pemerintah kabupaten Jembrana, Bali ini memiliki sistem pelayanan akses kesehatan yang lebih baik dibandingkan pemerintah kabupaten lainnya di Indonesia.
Di sana, akses layanan kesehatan bisa ditangani secara cepat dan mudah berkat kartu layanan kesehatan yang diterbitkan pemerintah setempat.
Tidak hanya melayani akses kesehatan secara elektronik, Pemerintah Kabupaten Jembrana juga sudah menerapkan layanan elektronik untuk pengurusan dokumen baik KTP, pajak, dan yang berkaitan dengan urusan kependudukan dan sosial.
"Kami akan melihat daerah mana yang lebih siap terlebih dahulu, baik dari sisi teknologi, sumber daya manusia (SDM), perangkat hingga dana," tambahnya.
Khusus dana, sistem layanan e-Health tersebut akan memakai gabungan dana dari alokasi di masing-masing kementerian, baik Departemen Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), BPPT, Kementerian Dalam Negeri, masing-masing rumah sakit dan lembaga kesehatan terkait.
"Masyarakat tidak akan dikenakan biaya apapun alias gratis, mereka hanya menggunakannya saja karena nanti akan terintegrasi dengan e-KTP," jelasnya.
Tapi, dari sisi kesiapan segalanya, Pemerintah Kabupaten Jembrana ini dinilai memiliki potensi untuk diuji coba dalam layanan e-Health tersebut.
Selain Jembrana, Pemerintah Kota Pekalongan juga mengaku siap menerapkan e-Health tersebut. Bahkan hampir keseluruhan rumah sakit, sekolah, kantor walikota hingga Rukun Tetangga (RT) sudah terkoneksi dengan jaringan internet.
"Kami sudah mengoneksikan jaringan seluruh rumah sakit yang ada di Pekalongan melalui teknologi open source. Harapannya, kami segera menerapkan e-Health tersebut agar layanan kesehatan masyarakat bisa terlayani secara mudah dan cepat," tambah Walikota Pekalongan Basyir Ahmad.
Masalah SDM Hambat Penerapan e-Health di Indonesia
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien, e-Health memang belum bisa diterapkan dalam waktu dekat.
Hal itu disebabkan sumber daya manusia (SDM) industri kesehatan yang ada belum menguasai teknologi secara keseluruhan.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prijo Sidipratomo menjelaskan sistem e-Health tersebut akan merombak sistem layanan yang ada di rumah sakit selama ini. Apalagi rumah sakit tersebut belum menerapkan teknologi untuk menunjang operasionalnya.
"Untuk bisa menerapkan e-Health, masih banyak adjustment yang perlu diterapkan," kata Prijo dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Beberapa yang harus dikuasai sebelum e-Health ini diterapkan adalah masalah informasi dan teknologi (IT). Hingga saat ini tidak semua rumah sakit hingga puskesmas memiliki infrastruktur IT memadai.
Padahal, untuk bisa menerapkan sistem layanan e-Health tersebut dibutuhkan infrastruktur IT yang cukup, koneksi dan integrasi antara pihak rumah sakit hingga masalah kecepatan akses bandwidth internet.
"Sebenarnya teknologi dan informasi bisa dipelajari, masalahnya budaya kita belum terbiasa dengan IT tersebut. Ini yang harus dirombak sejak awal," jelasnya.
Sebenarnya buta IT ini juga tidak dialami oleh pihak rumah sakit saja. Para dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut juga harus menguasai IT.
Contohnya saja, dokter sampai saat ini masih menulis resep dengan tulisan tangan. Padahal apoteker bisa salah persepsi dalam membaca tulisan tangan dokter.
"Padahal dengan sistem e-Health tersebut semua akan digital, menulis resep juga digital. Tentunya akan memudahkan apoteker dalam membaca," katanya.
Dengan e-Health, Antrean di Rumah Sakit Bisa Dipangkas
Sistem layanan digitalisasi data riwayat kesehatan pasien e-Health nantinya diharapkan bisa untuk melakukan reservasi masuk rumah sakit. Sehingga pasien tidak akan antre berobat.
Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, Sutoto, menjelaskan sistem tersebut sudah diterapkan di negara maju, meski belum optimal dimanfaatkan oleh seluruh rumah sakit yang ada.
"Tapi setidaknya layanan berobat masyarakat bisa lebih cepat. Bukan seperti saat ini, kalau ada antrean banyak di rumah sakit atau puskesmas, itu bukan berarti rumah sakitnya bagus," kata Sutoto dalam Konferensi e-Health Nasional di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, Rabu (28/3/2012).
Seharusnya, rumah sakit yang bagus bisa memberikan pasiennya kenyamanan dalam berobat. Contohnya rumah sakit setempat memberikan layanan call center untuk konsultasi, hingga reservasi berobat atau bertemu dengan dokter.
Sistem layanan tersebut memang akan membutuhkan dana yang cukup besar, khususnya bagi pemilik rumah sakit. Tapi, pasien akan memperoleh kepuasan dalam layanan kesehatannya.
"Kalau puas, maka pasien akan datang kembali ke rumah sakit atau lembaga kesehatan tersebut," jelasnya.
Selain bisa meningkatkan kualitas layanan rumah sakit, manfaat e-Health lainnya termasuk digitalisasi resep dokter, telemedicine, teleconsulting hingga home care monitoring.
sumber: Kompas Tekno
Semoga, gabungan tulisan ini, bisa menjadi referensi bagi teman-teman untuk mengembangkan dan menjadi karya untuk negeri ini.
0 Comment