BLANTERORBITv102

    Mengenal Long Term Evolution (LTE)

    Minggu, 15 Januari 2012
    Logo LTE (sumber: Google Images)
    LTE digadang-gadang sebagai fase terakhir sebelum memasuki era 4G. Janji kecepatan download dan upload LTE yang berpuluh-puluh kali lipat dari HSPA (gabungan HSDPA dengan HSUPA) yang membuat Cina akan menyingkirkan seluruh jaringan mereka.

    Long Term Evolution atau disingkat LTE merupakan nama proyek untuk interface udara performa tinggi untuk sistem komunikasi ponsel. LTE adalah langkah terakhir menjelang teknologi radio generasi keempat (4G), yang didesain untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan transmisi data di jaringan ponsel.

    Meski tidak sepenuhnya sesuai dengan standar 4G yang dikeluarkan IMT (International Mobile Telecommunication Advanced), beberapa negara mengenalkan teknologi selular mereka sekarang dengan nama 3G menyebut LTE dengan nama 4G. Untuk memudahkan pengertian generasi teknologi selular, kita bisa mengklasifikasikannya sebagai berikut:

    • 2G untuk GSM,
    • 2.5G untuk GPRS,
    • 2.75G untuk EDGE,
    • 3G untuk UMTS atau WCDMA,
    • 3.5G untuk HSDPA,
    • 3.75G untuk HSUPA,
    • 3.8G untuk HSPA+,
    • 3.85G untuk HSPA+ tambah MIMO,
    • 3.9 untuk LTE.
    Sebagian besar operator besar di AS dan dunia telah mengumumkan rencana untuk mengubah jaringan mereka menjadi LTE sejak awal 2009 silam. Namun, layanan LTE pertama yang dibuka untuk umum baru dilakukan oleh TeliaSonera di dua kota besar Skandinavia, Stockholm dan Oslo, pada pertengahan Desember 2009. Selain operator, penyedia perangkat telekomunikasi besar pun telah lebih dulu mempersiapkan diri untuk mendukung LTE.

    LTE sendiri merupakan serangkaian peningkatan dari UMTS yang diperkenalkan dalam 3GPPP (3rd Generation Partnership Project) Release 8, yang banyak berfokus pada pengadopsian teknologi komunikasi mobile 4G, termasuk arsitektur jaringan flat all-IP. 

    Spesifikasi LTE menawarkan kecepatan puncak downlink paling tidak 100 Mbps, uplink paling tidak50 Mbps,dan RAN (radio access network) round-trip times (RTT) di bawah 10 milidetik. LTE mendukung bandwidth dari 20 MHz sampai 1.4 MHz dan mendukung FDD (frequency division duplexing) dan TDD (time division duplexing) sekaligus.

    Salah satu standar LTE adalah System Architecture Evolution, arsitektur jaringan berbasis flat IP yang didesain untuk menggantikan GPRS Core Network, dan memastikan dukungan untuk dan mobilitas antara beberapa sistem legacy atau non 3GPPP, sebagai contoh GPRS dan WiMax.

    Keunggulan utama LTE adalah throughput yang tinggi, latency rendah, plug-and-play, FDD dan TDD dalam satu platform, peningkatan pengalaman pengguna akhir, dan arsitektur sederhana yang berimbas pada rendahnya biaya operasi. LTE juga mendukung scamless passing pada tower-tower selular dengan teknologi yang lebih tua, seperti GSM, CDMA1x, W-CDMA (UMTS) dan CDMA2000.

    Untuk downlink, LTE menggunakan OFDM (orthogonal frequency division multiplexing), sebuah sistem yang memungkinkan spektrum dipecah ke dallam banyak carrier kecil, setiap carrier berada dalam frekuensi yang berbeda dan membawa bagian sinyal.


    OFDM memenuhi persyaratan LTE untuk fleksibilitas spektrum dan solusi hemat biaya. Selain itu, OFDM juga merupakan teknologi yang sudah mapan, misalnya dalam standar seperti IEEE 802.11a/g, 802.16, HIPERLAN-2, DVB (Digital Video Broadcasting), dan DAB (Digital Audio Broadcasting).

    Dalam downlink terdapat 3 channel fisik utama. Physical Downlink Shared Channel (PDSCH) digunakan untuk semua transmisi data, Physical Multicast Channel (PMCH) digunakan untuk transmisi broadcast menggunakan Single Frequency Network, dan Physical Broadcast Channel (PBCH) digunakan untuk mengirim informasi sistem yang paling penting dalam sel.

    Sementara itu, dalam uplink untuk Physical Uplink Shared Channel (PUSCH) saja, LTE menggunakan versi pre-code OFDM yang disebut Single Carrier Frequency Division Multiple Access (SC-FDMA). Hal ini untuk mengompensasi kelemahan OFDM normal, yang memiliki peak to-average power ratio (PAPR) yang sangat tinggi.

    PAPR yang tinggi memerlukan power amplifier yang mahal dan tidak efisien, yang meningkatkan biaya terminal dan menguras baterai lebih cepat. SC-FDMA memecahkan masalah ini dengan mengelompokkan resource-resource block untuk menurunkan kebutuhan daya dalam power amplifier. PAPR yang rendah juga memperluas wilayah cakupan dan kinerja.

    Sebagaimana downlink, uplink LTE juga memiliki tiga channel fisik, yakni Physical Random Access Channel (PRACH) yang hanya digunakan untuk akses awal dan ketika UE (user equipment, istilah untuk perangkat 3G yang digunakan oleh pengguna akhir seperti ponsel atau modem) tidak tersinkronisasi dengan uplink.

    Physical Uplink Share Channel (PUSCH) yang menerima data dari PRACH. Jika tidak ada data yang dikirimkan pada uplink untuk sebuah UE, informasi kontrol akan ditransmisikan pada Physical Uplink Control Channel (PUCCH).

    sumber: Tabloid PC Mild

    Author

    Iqbal Alghifari

    BLOGGER DARI KALIMANTAN SELATAN