BLANTERORBITv102

    Smile Detection: Senyuman Tertangkap Kamera

    Minggu, 23 Oktober 2011
    Smile Detection merupakan fitur baru yang ditanam dalam kamera-kamer mutakhir zaman sekarang. Saat smile detection diaktifkan, kamera akan menunggu hingga objek yang difoto menunjukkan tanda-tanda tersenyum sebelum membuka diafragma kamera. Pada awalnya, fitur ini diperkenalkan pada kamera-kamera digital, yang kemudian juga ditanam pada kamera ponsel dan video modern.

    Fitur ini ada dilatarbelakangi karena momen kita berfoto tidak selalu direkam oleh kamera. Saat momen sepersekian detik terbukanya diafragma (rana atau shutter) kamera tidak bertepatan dengan senyuman khas di wajah kita. Untuk itulah, fitur smile detection dihadirkan dengan megurangi kekecewaan kita atas gagalnya senyuman kita dikamera.

    Fitur smile detection merupakan salah satu bagian dari artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan dan pengembangan dari teknologi facial recognition.

    Facial Recognition
    Facial Recognition sendiri adalah aplikasi komputer yang dirancang dan dibuat untuk mengidentifikasi wajah manusia dari gambar digital atau frame video. Teknologi ini memindai gambar tersebut dan mencari apakah disana ditemukan struktur dan kontur wajah manusia yang terdiri dari sepasang mata, satu hidung, satu bibir, serta sepasang pipi dan rahang.

    So, hanya foto wajah yang diambil dari muka saja yang bisa dikenali oleh teknologi AI ini. Sementara, foto wajah yang dibidik dari samping yaitu hanya menampilkan sebelah mata, satu pipi, setengah bibir dan sebelah rahang tidak akan dikenali sebagai wajah manusia.

    Facial Recognition pun juga dipakai oleh Facebook. Ya, saat kita mau men-tagging foto-foto yang di album foto Facebook kita ke teman-teman secara otomatis meletakkan kursor tag pada wajah-wajah yang tersorot dari depan.

    Smile Detection
    Setelah mengenal Facial Recognition yang mampu untuk mengenali wajah manusia. Salah satu objek yang dipindai oleh AI ini adalah bibir.

    Smile detection memperluas pemindaian objek ini dan membandingkannya dengan database dalam bentuk senyuman. Objek yang diidentifikasikan sebagai bibir ini tidak dikenali sebagai senyuman jika berbentuk datar atau bahkan melengkung ke bawah. Sebaliknya, jika objek ini melengkung ke atas baik terbuka lebar, kecil atau bahkan terkatup barulah dikenali sebagai senyuman.

    Di kamera-kamera tertentu, kita bisa menentukan tingkatan senyuman yang dijepret dengan mengatur sensitivitas smile detection. Selanjutnya, menunggu momen yang dimaksud dan membuka diafragmanya seketika saat objek yang ditunggu dikenali oleh kamera.

    Pengaturan pada Smile Detection
    Jika objek foto terdiri dari beberapa wajah, smile detection apakah akan menunggu hingga semua orang senyum atau hanya memprioritaskan wajah-wajah tertentu?

    So, smile detection bisa menunggu semua orang tersenyum atau memutuskan untuk membuka diafragma jika wajah-wajah yang diprioritaskan sudah membuka dan menarik bibirnya ke atas.

    Di kamera-kamera tertentu, kita bahkan bisa mengatur prioritas senyuman pada wajah anak-anak atau dewasa yang dibidik. Jika kita memprioritaskan senyuman anak-anak, pertama facial recognition akan mencari wajah anak-anak diantara orang dewasa.

    Setelah menemukan objek prioritas senyuman, barulah smile detection diarahkan ke bibir sang anak. Saat anak tersenyum, serta merta diafragma terbuka. Lalu, bagaimana jika terdapat lebih dari satu anak yang akan difoto? Biasanya smile detection akan memprioritaskan wajah anak-anak yang paling dekat dengan pusat bidikan yang berada di tengah.

    Cara kerja yang sama berlaku pula bila kita memprioritaskan senyuman orang dewasa. Ada sedikit trik ketika kita harus memutuskan tingkatan prioritas ini. Kita harus mengenali karakteristik objek foto. Jika anak-anak yang jarang tersenyum saat difoto, prioritas diarahkan kepadanya. Demikian pula sebaliknya, jika orang dewasa yang mengalami kendala senyuman, prioritaskan mereka untuk ditangkap dengan smile detection.

    smile detection (sumber: inventorspot.com )

    sumber: majalah PC Mild


    Author

    Iqbal Alghifari

    BLOGGER DARI KALIMANTAN SELATAN