BLANTERORBITv102

    Catatan dari Forum MUI Kalsel

    Rabu, 07 September 2011

    Posting hari ini aku buka dengan kegiatan aku mengikuti sebuah acara yang dilaksanakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kalimantan Selatan (KalSel). Kemaren di smsi Ketua Umum yang isinya siapa mau menghadiri acara MUI Kalsel. Akhirnya, karena ga ada kuliah hari ini aku pun menghadiri acara itu.

    Acara ini bertajuk Forum Silaturrahim dan Dialog MUI Kalsel, dengan mengangkat tema "Idul Fitri sebagai Momentum Peningkatan Ukhuwah Islamiyah Ulama-Umara-Ormas Islam". Acara ini bertempat di Gedung Serbaguna Mesjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin. Karena domisili aku di Banjarbaru, aku terlambat dan saat sampai di tempat acara sudah dimulai dengan pembukaan.

    Dalam acara ini ada 2 narasumber yang di undang untuk memberikan materinya yaitu Bpk. Drs. H. Amidhan yaitu Ketua MUI Pusat dan Bpk. Prof. DR. H. Akh. Fauzi Aseri, MA yang dikenal sebagai Rektor IAIN
    (Institut Agama Islam Negeri) Antasari Banjarmasin. Acara ini mengundang peserta dari Ulama, Pemerintah, dan Ormas-Ormas Islam.


    Bapak Drs. H. Amidhan membawakan materi yang berkaitan dengan peran ulama dan umara dalam meningkatkan ukhuwah Islamiyah di kehidupan berbangsa dan bernegara. MUI berperan sebagai penyambung lidah dari masyarakat ke pemerintah dan sebaliknya dari pemerintah ke masyarakat. Beliau juga menjelaskan kenapa agama Islam sangat berkembang pesat di luar negeri (Eropa, Amerika dll)? Karena mereka disana bersatu dari segala perbedaan. Patutlah umat Islam di Indonesia mencontoh dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

    Sedangkan Bapak Prof. DR. H. Akh. Fauzi Aseri, MA memberikan materi yang sesuai dengan lembaga pendidikan yang beliau pimpin yaitu Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah di Kalangan Generasi Muda. Beliau menjelaskan bahwa perlunya pendidikan ukhuwah yang tidak hanya dalam buku kurikulum tetapi juga aplikasi dalam contoh dan aktivitas keseharian.

    Rektor IAIN ini juga mengatakan perlunya generasi muda diberi pemahaman dan kebiasaan dalam bersikap:


    1. Belajar membedakan mana yang esensial dan mana yang aksesoris, mana yang wajib mana yang sunat (bukan berarti untuk melonggarkan).
    2. Memahami bukan menghakimi, sehingga diperlukan pendekatan akhlak, akidah dan fikih harus seimbang.
    3. Membedakan yang qath`i (mutlak) adalah prinsip dan yang zanni adalah relatif.
    4. Menghargai keragaman, karena ia merupakan anugerah, kesamaan terjadi hanya karena sama dalam bakat dan minat/kegemaran.
    5. Berfikir dan menilai sesuatu atas dasar pertimbangan ilmiah dan logis, bukan stereriotif dan irrasional apalagi emosional.
    6. Mendahulukan kualitas daripada kuantitas. Mendahulukan kepentingan sosial daripadi individu.
    7. Posisi dan status dilihat dari segi pemilahan fungsi dan keahlian serta profesi.

    Menarik dari materi bapak Rektor IAIN ini adalah saat menjelaskan masalah dan kendala dalam kehidupan generasi muda, yaitu:

    1. Generasi muda, khususnya dan masyarakat umumnya sudah tercemar pemikiran pragmatis, melonggarkan hal-hal yang ideal, melepas prosedur, mengharap hasil cepat dengan proses instan. Karenanya terbentuk kepentingan individualis dan egois. Inilah salah satu unsur yang menyebabkan terciptanya jurang pemisah, karena sering terjadi konflik atau minimal pembiaran dan acuh terhadap nasib saudara, tetangga dan masyarakat secara umum.
    2. Organisasi Siswa/Mahasiswa kurang berfungsi, baik intra lebih-lebih ekstra sekolah. Sebenarnya melalui organisasi ini diharapkan terbina keakraban, keterampilan, dan idealisme, bukan primordialisme dan kefanatikan semu. Beliau memberi contoh organisasi macam IPNU, IPM, PII dan lain-lain sekarang tidak bergerak, padahal organisasi macam inilah yang mampu memberikan pembelajaran idealisme kepada pemuda.
    3. Sarana atau arena bermain dan berkomunikasi generasi muda di kota sudah sangat terbatas, contohnya lapangan bola banyak tergusur. Padahal melalui sarana ini tercipta relasi dan pertemanan antar kampung, kelompok, etnis dan sebagainya. Di samping itu, anak muda sudah disibukkan oleh sarana bermain yang tersekat oleh bilik teknologi komunikasi seperti internet dengan berbagai jenis game. Hal ini menyebabkan anak menjadi kurang terdidik dalam bersosial.
    Berikut ini dokumentasi berupa foto-foto di acara MUI Kalsel:




    Author

    Iqbal Alghifari

    BLOGGER DARI KALIMANTAN SELATAN